Laman

Selasa, 28 Januari 2014

hahaha, kau tertawa

tutup saja mulutmu!
tutup!
sebelum Ia terbangun, dan kau terkubur.

pertama di usia baruku

tidak bisa tertutup
melihat yang tak tertutup
kemarin juga begitu
dengan liukan gelora yang sama

kutuk aku di dua puluh umurku
tak sepantas di setahun anjing jalanan
yang masih sempat mengingat Tuhan
lantas bertanya, "bolehkah?"

mestinya langit bersedih atas kepergian Tauhid
atau sekedar membasahi jasad keimanan
kuburnya tak sebesar biji nangka
tuannya tak seelok batu permata

apakah masih boleh kesenangan datang?
jika iya, ampunilah hamba.

Selasa, 21 Januari 2014

rumah

hidup di keluarga yang pura-pura baik-baik saja
kepala keluarga yang pemarah, yang terlalu takut bertindak tapi bisa sangat marah ketika anaknya mengecilkan suaranya karena segan
merasa paling tahu kebutuhan anak-anaknya sampai hanya sekedar mewariskan barang-barang miliknya
sang ibu yang sangat mencintai anak-anaknya tapi tidak tahu cara mengutarakannya dengan terbuka
terkadang ia marah, tapi suaranya yang semakin lemah dan sengaja dikecilkan menandakan ia takut dibenci anaknya
sang ibu selalu ingin bertindak adil, memberikan pekerjaan-pekerjaan rumah sama banyak kepada anak-anaknya yang pemalas
rumah ini tak pernah sebaik sebelumnya
tapi, para penghuninya menganggap tidak ada yang salah dengan itu
anak-anak bandel yang semakin dewasa kini semakin nyeleneh
arogansi seperti ibadah yang salah jika ditinggalkan
tak pernah ada ucap andai tak ada ponakan-ponakan yang masih belajar berbahasa
selalu merasa kekurangan
selalu merasa tak dimengerti
selalu merasa perlu didengarkan
selalu merasa semuanya baik-baik saja selama ayah tak marah dan ibu masih memberikan uang jajan
rumah ini tak pernah sebaik sebelumnya
setidaknya kami masih bisa makan dan bersendawa

Sabtu, 18 Januari 2014

tidur dari bangun pukul tiga dinihari

bila pagi sebelumnya ku hanya terbangun kala mentari di balik awan putih
namun kini tlah berbeda
gemuruh angin kencang kilaukan mataku dari balik hujan
tak mampu mataku menutup dirinya hingga kicauan burung bernyanyi nyiurkan hati
walau jiwaku gelisah, pikiranku tak karuan, seruan ayam jago memanggilku menari

Selasa, 14 Januari 2014

cuma aku yang tahu

aku tak punya tujuan selain niat yang terkurung atau urung untuk berburu

aku buta masa depan selain mimpi yang bergantung pada tujuan pada jala naifnya sang gurita penyesalan

banyak kesalahan digenggamnya, ditelannya kemudian dilontarkannya untuk melengket pada dirinya kembali

aku api yang membakar lingkaran tempat setan-setan berbaris

aku menyulut rindu yang dibenci setan yang memelukku

hangat tujuanku tak sehangat pelukannya
jadi lebih baik aku terbakar bersamanya dan berputar-putar dengan riang

aku membeku
dan mereka menyebut aku dingin

senangnya
mereka akhirnya tahu sebagaimana diriku ada

aku berayun-ayun mencari ranting berikutnya
dan tentakel sang gurita selalu setia memberikan jalan

aku terkubur
gelap seperti di saat aku tertidur
kadang aku berharap tak ingin bangun

tapi masih ada rindu yang selalu kupertengkarkan dengan sahabatku

aku ingin teman baru
kuputuskan itu ketika keluar dari lubang tentakel
tapi mereka tertawa
putaran mereka semakin kencang
aku terpesona, terhisap seperti isapan jempol

aku bahagia
Tuanku tau aku tersesat
dan itu menyedihkan
aku tak punya kuda untuk kebut-kebutan

Tuanku memberiku anjing yang bahkan tak bisa kutunggangi.
lalu menyerah.
lalu terjerambah.
dan tertawa..

serumit cinta pertama, sesederhana ciuman pertama

aku ingin bercerita
tidak serumit cinta pertama
aku ingin didengar
aku ingin mata yang berbinar..memantulkan aku
aku ingin telinga berhias embun menyerahkan perhatiannya

aku ingin dianggap
aku ingin kau hinggap
aku ingin dirasa
aku tak ingin putus asa
aku ingin terlihat
aku ingin sayap-sayap flamingo melindungi pundakku, menjaga temperatur atmosfer setiap nafas yang ia hirup dariku

ini keinginanku
aku ingin kau juga menginginkan itu
sederhana..
sesederhana ciuman pertama.