aku berlari sekuat tenaga menuju pemukiman. aku banyak berpikir tentang keadaan disana. aku khawatir gorilla itu mengamuk dan menghabiskan para penghuni desa. bisa gawat lagi kalau gorilla itu masuk ke kotaku. apa yang sedang kupikirkan? lagipula aku tak bisa apa-apa dengan kemungkinan terburuk itu. bisa apa aku kini? bahkan semakin aku cepat berlari, waktu juga ikut berjalan begitu cepat. aku akan sangat terlambat. aku harus bagaimana? rencana! susun rencana dulu..
"hmm..", kuatur nafasku. gerakan telunjukku yang agak cepat menyentuh-menjauh di bibirku membantuku berpikir apa yang bisa kulakukan. satu-satunya yang bisa kusentuh adalah tanah.
lalu, tak lama aku berpikir. aku tersentak dengan sosok aneh yang baru. seorang perempuan berambut panjang dengan gaun klasik berwarna putih. wajahnya pun putih, tatapan matanya tepat mengarah kepadaku. dia lumayan manis, apalagi bibirnya yang merah merona. tapi, apa benar dia sedang melihatku? kenapa bisa?
"berhenti melihatku dengan tatapan bodohmu itu.", aku kaget. dia bicara padaku dan tanpa mengubah ekspresinya, duduk tepat di hadapanku. cantiknya.
"ka ka kau? bisa melihatku?"
dia tidak langsung menjawab. dia melihatku dari kepala hingga kakiku. "kau baru?", tanyanya singkat.
"hmm, maksudmu?", jelas saja aku bingung. aku tidak pernah mendapat pertanyaan seperti itu. kecuali ketika aku baru masuk sekolah dan kerja. "hmm..", aku mengerti. dia hanya terdiam menungguku bicara. "iya, aku baru. dibunuh. hewan buas.", kata-kataku berantakan. aku tidak tahu harus menjawab seperti apa.
"hahaha..". dia tertawa seraya memukul-mukul kepalaku pelan. "hewan buas? hahaha..". dia terus saja tertawa. tapi, aku belum mendapat letak kelucuannya. aku hanya tersenyum kecut.
"lain kali jangan membumbui badanmu sendiri, anak muda. dan kau tahu dia tidak membunuhmu..", ekspresinya tiba-tiba berubah serius. wajahnya menyeramkan tapi, masih sangat muda. lantas kenapa dia memanggilku "anak muda" seakan-akan dia adalah nenek-nenek dari zaman penjajahan.
aku mengerutkan dahi, menunggu lanjutan kalimatnya.
"..dia memakanmu! hahaha.." aku hanya tertunduk. itu sama sekali tidak lucu. dia memperbaiki posisi duduknya di sampingku.
"aku dulu mati dibunuh penjajah waktu hendak bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah..", dia bercerita tanpa kuminta. dan itu menjawab tanyaku sedaritadi.
Laman
Kamis, 27 Desember 2012
gorilla III
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar