gelap di malam itu seperti bagian terkecil bola matamu yang kini mengarah kepadaku. berhadapan dengan bagian terkecil mata yang kupunya. tajam, seperti rintikan hujan yang menghujam langsung kulit lenganku. sedang kau berlindung dalam dekapanku. kau takut hujan dan aku menyukai hujan. mata kita yang saling bertatapan seperti berkata demikian.
sudahlah dengan semua analogi dan majas ini. aku sendiri bisa bingung. apalagi kalau kenyataan yang kuhadapi pun juga begitu, 'tidak seperti kelihatannya'. aku harap kau bisa terbiasa dengan ini. ya, aku harap kau bisa menerima aku. aku yang kau dekap sekarang ini. walaupun bukan aku sebenarnya.
"mengapa kau meninggalkan aku waktu itu? bukannya kau telah mengatakan akan terus bersamaku? dan sekarang, kau kembali seakan-akan aku hanya mainanmu saja", bagian hitam matamu semakin menghitam dan menelusup hingga ke dadaku. aku terhenyak melihat arti kesakitan yang tersirat darinya. aku menggigit bibir. dinginnya hujan tidak kita acuhkan. badan kita saling menghangatkan dalam pelukan. dan tatapanmu itu seperti api. kau membakar aku.
tidak ada bintang malam ini, apalagi bulan. mereka dikalah duluan dengan awan cengeng. tidak ada lagi orang-orang yang tadi duduk di taman ini kecuali kita. mereka kini melihati kita. tapi, masa bodoh dengan itu. aku sedang sekarat karena kau bakar. walaupun akulah yang menyiram diriku dengan minyak. minyak penyesalan. apimu adalah cintamu. cinta yang kau konversikan dalam bentuk kebencian. pelukan ini kudapat setelah mengatakan, "aku mencintaimu, maafkan aku." tak kusangka kau begitu hebat memperjuangkanku.
dan tak kusangka, aku kalah denganmu. aku tak begitu hebat menahan api yang kau berikan. aku meninggalkanmu dibawah hujan sebelum kau menamparku dan berpaling.
Laman
Rabu, 05 Desember 2012
bagaimana kau tahu aku tidak bohong? - sakit melihatmu sakit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar