Laman

Jumat, 31 Oktober 2014

Hal Yang Paling Menyebalkan

tidak dianggap penting.
tidak dilihat ada.
tidak diingin ada.
tidak merasa dianggap.
atau tidak merasa terjadi apa-apa.

ada kalanya aku berharap bisa mematikan semua lampu di sekitar kita. aku benderang, dan kau takut jika tak merangkulku.
ada kalanya pula aku berharap segala kesibukkan dalam hidupmu adalah bersamaku hingga tidak ada lagi yang ingin kau lakukan kecuali denganku.
aku sangat mengharapkan senyum itu terbesit setelah candaku. senyummu melengkapi senyumku.
cintamu inginkan aku.
tapi hal yang paling menyebalkan adalah ketika hanya bisa menikmatimu dari kejauhan.

Selasa, 28 Oktober 2014

Sumpah Bangkit

desir kecil-kecil dedaunan menghantam ujung mata,
sakitnya menghilang sekali gosok..
di depan daun-daun gugur berserakan
namun tidak ada yang menahan langkah kita menuju rimba.
cahaya yang muncul hanya dari sela-sela yang bahkan debu sulit untuk masuk,
dengan lilin yang terbakar, kita berharap takkan tersesat,
berharap hewan-hewan buas takut dengan api sekecil jempol..
lilin kita hanya kemunafikan,
dinyalakan oleh serakah,
hanya berpura-pura sudah cukup baik kita menerangi jalan yang kita sendiri tidak tau mau kemana selanjutnya..

berkumpullah penerus-penerus Roem!
pelita kita mungkin tak sama
yang kuharap bisa selamat dari jeratan belukar diri
jika kelak dahan kita rapuh dan dikubur debu
kuingin tidak sekadar gugur tapi membantumu hidup kembali..
tanah kita kotor,
dimana kalian pengagum Sjarifudin?!
lantanglah berteriak walau tak ada selain kita yang mendengar!
selalu ada cara, selalu ada jalan..
pertiwi kita tidak akan mati oleh gantungan!
bernyanyilah penikmat Supratman!
tidak ada tempat menyesali keguguran mereka!
kini biarkan nada-nada itu membakar semangatmu,
persatuan kita di tanah ini bukankah lebih mesra saat kau peluk Ia?
saat tidak ada lagi cara selain bangkit!!

Senin, 27 Oktober 2014

apa gunanya?

jangan pernah berharap banyak.
jangan pernah berharap banyak.
jangan pernah berharap banyak.

Minggu, 26 Oktober 2014

aku cuma ingin menjadi satu-satunya

setiap hari kuayunkan tangan menyeret keringat dari dahiku.
kurakit "perubahan" untuk sepenggal "sembarangan".
setiap waktu kualihkan dia menjadi yang pertama.
kuberi perhatian untuk sekedar penantian.

lantas luka di siku, pinggang atau di atas pinggang ini tak ada apa-apanya dibandingkan menelan "jelek" bulat-bulat. atau menjadi terlupakan karna pengalihan.

ketahuilah, ketika ada atau tidak adanya aku sama saja. itulah saat tepat untukku pergi.

Senin, 13 Oktober 2014

I Love You

yang aku benci adalah ketika mengatakan tanpa memiliki.

bajak laut

kau mutiara dalam sayembara tak pernah terlihat
tapi konon katanya kau tak ternilai harganya
seribu kapal berlayar tak tau arah atas namamu
tenggelam lebih baik daripada kembali..

Minggu, 05 Oktober 2014

karena perempuan yang bingung memilih

orang tuaku selalu mengajarkan.
menjauhlah dari masalah.
aku tidak lari karena menyerah.
mungkin aku hanya lelah.

sial.
aku kalah.

Sabtu, 04 Oktober 2014

aku pikir aku sibuk

kesibukkanku memikirkan apa yang ia pikirkan.
dan yang orang kulihat atau orang yang kupikir melihatku pikirkan.
sibuk.
aku bisa sangat sibuk dengan pikiran-pikiran yang mengungsi karna tsunami pikiran.
bisa jadi aku bukan aku, malah aku yang mereka pikirkan
bisa jadi dia bukan seperti yang kupikirkan, malah pikiran yang sama sekali tak terpikirkan karna terlalu banyak pikiran.
berperilaku seperti yang kupikir ia tidak pikirkan. padahal jelas ia menertawakanku dalam pikirannya.
sibuk.
aku sangat sibuk. atau itu hanya sekedar pikiranku saja?

Rabu, 01 Oktober 2014

keluhanku tidak memiliki

rasa-rasanya aku lupa bilang sesuatu
tapi di depanmu aku lebih memilih diam dan menikmati bibirmu
matagasme lah.
sepertinya aku bosan menahan rasa
tapi tatapan kosongmu terlalu benderang, tidak bisa kutebak andai saja itu merah atau hijau
yang kutahu aku perlu hati-hati
apa kabar hati?
rasa-rasanya aku ingin pergi
tapi bau itu, yang berasal dari tubuhmu
membuatku bertengkar sendiri dengan tubuhku.
pada akhirnya, kita duduk bersampingan
bersandar di punggung masing-masing
memandang laki-laki yang kau sebut harapan.
apa kabar hati?