desir kecil-kecil dedaunan menghantam ujung mata,
sakitnya menghilang sekali gosok..
di depan daun-daun gugur berserakan
namun tidak ada yang menahan langkah kita menuju rimba.
cahaya yang muncul hanya dari sela-sela yang bahkan debu sulit untuk masuk,
dengan lilin yang terbakar, kita berharap takkan tersesat,
berharap hewan-hewan buas takut dengan api sekecil jempol..
lilin kita hanya kemunafikan,
dinyalakan oleh serakah,
hanya berpura-pura sudah cukup baik kita menerangi jalan yang kita sendiri tidak tau mau kemana selanjutnya..
berkumpullah penerus-penerus Roem!
pelita kita mungkin tak sama
yang kuharap bisa selamat dari jeratan belukar diri
jika kelak dahan kita rapuh dan dikubur debu
kuingin tidak sekadar gugur tapi membantumu hidup kembali..
tanah kita kotor,
dimana kalian pengagum Sjarifudin?!
lantanglah berteriak walau tak ada selain kita yang mendengar!
selalu ada cara, selalu ada jalan..
pertiwi kita tidak akan mati oleh gantungan!
bernyanyilah penikmat Supratman!
tidak ada tempat menyesali keguguran mereka!
kini biarkan nada-nada itu membakar semangatmu,
persatuan kita di tanah ini bukankah lebih mesra saat kau peluk Ia?
saat tidak ada lagi cara selain bangkit!!