Laman

Sabtu, 30 Agustus 2014

Dua Insan Di Ujung Benang

pelarianmu satu di awal pertemuan persilangan simpang
mengitari sekali dermagaku untuk menghilang
dari balik lubang pakaian dalam ini aku termangu
disana kau meliuk. mendekat lalu menjauh.

sempat kau berlumuran darah
aku khawatir kau ketakutan
pandanganku merangkulmu dari kejauhan
semoga kau sadar tidak sendirian

mengapa kau berlagak tidak melihat aku?
padahal apa yang kau cari ada di mataku.
ikatan yang kau sebut petualangan.

jangan jenuh bila aku diam. akulah dimana kau bermula.

Tragedi Persimpangan

aku tidak baik, tidak. aku hanya tidak punya arah.
aku tidak tersesat, tidak. aku hanya lupa menentukan jalan.
apa?
aku tidak kau kenal, tidak. kau yang tidak aku kenal.
apa?
apa yang kau maksud dengan "sama saja"?
aku pernah diberitahu bahwa semua jenis suara dikedua ujungnya berbentuk sama. tapi mereka di nada yang berbeda.
apa lagi yang kau maksud dengan "serupa"?
pemimpin-pemimpin itu saling bergantian mengisi satu jabatan, tapi mereka orang yang berbeda.
apa lagi?
ah, kau lupa melihat cermin.
mereka bercermin, apa yang mereka lihat?
aku bercermin, apa yang aku lihat?
kau bercermin, apa yang kau lihat?
itu juga kata yang sama tapi berbeda, bukan.
tidak, tidak.
ini bukan persoalan yang berbeda.
ini sama saja, bahkan jika disamakan dengan manusia.
ah, tapi tunggu dulu.
kau membuatku berpikir sama denganmu kini.
tidak.
diam kau!

..................

aku tidak baik..








Rabu, 27 Agustus 2014

Pada Shalat Isya

"kok bisa, ya? aku tidak mau seperti mereka." itu yang ada dalam benakku ketika melihat saudara-saudaraku hanya tiduran ketika waktu shalat masuk. bahkan setelah disuruh shalat oleh orang tuaku. saat itu aku masih SMA. dimana di sekolahku ada mushollah yang tidak pernah kosong ketika waktu shalat masuk. ontime dan berjamaah. indah.
sekarang yang ada di kepalaku, di masa kuliah yang penuh kegiatan berorganisasi, "aku adalah apa yang tidak aku inginkan dulu. kok bisa, ya?"
lantas di dalam ruku', aku merenung. "Tuhan membiarkanku menjauh." padahal doaku selalu sama, "bawalah kami ke jalanMu yang lurus dan jauhkanlah kami dari siksa api nerakaMu." kemudian hilang dihanyutkan nyiur.
aku tersadar dalam sujud, "doaku tidak pernah tidak didengar, Ia Maha Mendengar. doaku pasti terkabul. Ia tidak membiarkanku menjauh." ada ingatan yang terselip. sehari sebelumnya ada twit yang  kubaca, sebuah kutipan Bung Karno yang mungkin diserap dari surah Ar-Ra'd ayat 11, "Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu yang mengubah nasibnya sendiri." dalam lupa pun aku diingatkanNya. mestinya jelas itu pertanda. hatiku hanya kurang jeli. menjauh dari "Iqra!". sekali lagi tak acuh pada lirik "lihat segalanya lebih dekat.." kemudian hanya tidur dan meninggalkan shalat Isya yang entah sudah berapa lama aku tinggalkan.

Lirih Kecil-Kecilan

I
sekarang saya sedang membangun rasa, bukan keberanian.
karena saya hanya bingung kenapa harus takut bukan bingung kenapa ada cinta.

II
saya tahu keangkuhanmu melebihi rasa cintamu. saking besarnya, yang kau tutupi bukan hanya cinta. kini, saya bingung. dimana cintamu? apakah sudah saya telan? atau di kakus?
angkuhku sedang lapar. itu mengapa saya mencintaimu.

III
dari dulu saya suka dengan perempuan yang dewasa agar saya bisa mendapat teguran saat menjadi bodoh dan kekanakan. kau tahu kan, kasih ibu kepada anaknya?

IV
saya sedang belajar mencintaimu. saya hanya tidak mau mencintai kesamaanmu dengan dia. tidak, kau tidak ingin mengenal dia.

Selasa, 19 Agustus 2014

Malu Kita Jadi Pemalu

apa yang diketahui orang dewasa lantas anak kecil tidak tahu?
apa yang membuat orang dewasa bangga yang anak kecil tidak sanggupi?
apa yang bisa dilakukan anak kecil kemudian orang dewasa tertawakan?
anak kecil belajar dari yang mereka lihat
orang dewasa belajar untuk dilihat
anak kecil bernyanyi dari yang mereka dengar
orang dewasa bernyanyi agar didengar
anak kecil terus diminta
orang dewasa kerap meminta
apa yang orang dewasa punya dan anak kecil tidak punya?
kebebasan anak kecil adalah perlu
kebebasan orang dewasa hanya tinggal peluh.
anak kecil hanya menampilkan yang mereka ingin
bukan yang orang dewasa ingin lihat
orang dewasa.. menurut kalian bagaimana?
hingga tibalah umur panjang yang membatasi kita dari indahnya kebebasan ekspresi.
terkurung oleh batas-batas yang kita buat sendiri karna takut
takut dengan hal-hal yang tidak sepenuhnya perlu kita percaya
tidakkah kita semakin jauh dari karya?
tidakkah tangan kita sakit terikat gentar?
tidakkah semangat kita bingung kemana harus tersulur lantas membakar diri kita sendiri hingga menjadi abu?
apa yang orang dewasa tahu lantas anak kecil tidak tahu?
kita tidak tahu.
atau kita tidak mau tahu?