kini aku bukanlah raga kasat mata. aku baru saja keluar dari fisik nyataku dan menjadi seonggok jiwa dengan fisik baru yang lebih bersinar. akhir sebenarnya adalah keabadian. seperti ujung seekor kadal yang terputus lalu tumbuh lagi dan begitu seterusnya. dan inilah aku sekarang, menatap kesendirian di depan mata. aku terus berjalan, seakan-akan tak ada yang berubah dari duniaku. biasa-biasa saja. tak ada yang berubah dengan sekitarku. hanya diriku sendiri. ternyata tak berpengaruh besar dengan alam. aku adalah sebutir pasir di tengah padang yang tertiup angin. melayang tanpa tujuan dan tak ada yang menyadari. mungkin sebagian ikut bersamaku dan mungkin yang lainnya bertahan agar tidak ikut terbawa. semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. apalagi di kehidupan setelah matiku. hanya aku yang peduli dengan diriku sendiri.
aku baru melangkah sekitaran lima menit, tapi kaki langit di ufuk timur sudah mulai berwarna terang. tak kusangka perbedaan waktu antardimensi begitu jauh, mengingat mestinya aku mati setelah azan isya berkumandang. atau langkahku yang begitu lambat sehingga waktu terasa sangat lama. aku harus terbiasa dengan ini. waktuku dalam sehari (24 jam) di dunia sekitar dua puluh menit disini, bisa tiga hari untuk waktu yang dilewati di permainan playstationku. ya, Tuhan.
masih terlintas kematianku beberapa menit yang lalu (berjam-jam di dunia nyata) miris sekali. mengerikan. bahkan ragaku tak disisakan oleh gorilla itu. makhluk besar yang sebelumnya hanya kulihat di film-film. ia memakanku habis. badannya begitu besar dan kuat, aku tak bisa berbuat apa-apa. apalagi cakarnya yang menjulang tajam dan panjang. apalah yang bisa melumpuhkan gorilla buas itu. tampangnya terus menghantui setiap langkahku. tatkala matahari sudah terlihat penuh, kakiku berhenti melangkah. tiba-tiba aku teringat sesuatu. hal yang ganjal dengan gorilla tadi. aku mengingat-ingat lagi tampangnya tadi dan tampang gorilla yang biasa kulihat di film-film. salah ! dia bukan gorilla ! gorilla tidak punya cakar. beruang yang punya. itupun cakarnya tak mungkin sepanjang itu, hanya satu spesies kera yang punya cakar seperti itu. tapi, aku yakin tadi bukan kera, badannya terlalu besar untuk disebut kera. aku yakin sekali wajah hitam benda itu adalah wajah gorilla.
ya, Tuhan. aku tersungkur. apa yang baru saja membunuhku tadi? apakah ia spesies baru? atau dia hewan langka yang selama ini menyembunyikan diri? tidak, hutan ini terlalu kecil dan tidak begitu lebat. seseorang pasti akan melihatnya jika hutan ini adalah habitatnya. apa dia adalah mutan yang terkena sinar gamma? hayalanku ngawur ngidul mengira-ngira benda apa yang telah membunuhku. walaupun itu bukan urusanku kini. tapi, benda itu berbahaya. seseorang harus tahu ada benda yang mengancam keamanan warga sekitar berkeliaran di hutan ini. jangan sampai ia masuk ke daerah pemukiman dan memakan korban lagi. bahkan lebih banyak korban. aku harus bertindak. tapi, bagaimana? aku hanya seonggok jiwa dengan fisik baru dan tak terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar