Laman

Kamis, 28 Maret 2013

oposisi hati

aku ingin berlari
aku ingin terbang agar tidak berlari
aku menginginkan ketidakmampuanku di atas kehebatanku
aku berlari untuk mengejar
aku berlari ketika diburu waktu
aku ingin terbang karena tertinggal waktu
aku tak ingin berada di belakang
aku ingin di depan tapi bukan yang terdepan
aku ingin kuat, aku lemah selemah-lemahnya tahu
berkobar tanpa oksigen
berlari seperti daun gugur
terbang ke bawah air
bersinar untuk matahari
berusaha kering di bawah hujan
aku ingin mendapatkan orang mendapatiku
mendambakan kebanggaanku
berlari bersamaku, dibawa angin tanpa wadah, tanpa arah
aku ingin besar, aku kecil sekecil-kecilnya debu
mengamuk dalam kekacauan
memperbaiki jiwa
melampiaskan hasrat untuk api
untuk asal muasal benci
berusaha bangkit di atas air
aku ingin terbawa arus sungai di atas pesiar
tenangkan angin sepoi
meredam air dangkal
berenang bersamaku, dibawa aliran longsor bebatuan, tanpa tuan
aku ingin cinta untukku
dari hatiku
berbagi melalui sentuhku
menghangatkan pelukan
menduakan tunggal
menyatukan kita
aku ingin cinta dari kita
menyuarakan telinga
mengisi kekosongan jari
menyandarkan pundak
menyadari hati terkuak, memuntahkan rindu saling bertemu,
saling melepas ingin.

Senin, 25 Maret 2013

benci

aku sangat benci aku yang bisa-bisanya menangis, menghadap tembok, menerawang aku dan dia dan meluapkan kesedihan atas perbuatan-perbuatan yang kusesali
aku sangat benci dia yang menyebabkan kesedihan ini
aku sangat benci aku yang tidak bisa melupakan dia
aku sangat benci dia yang dengan mudah menaikturunkan emosiku, seakan-akan begitu mengenal aku yang begitu ingin tidak mengenalnya lagi
aku sangat benci aku yang terus menyalahkan diri sendiri walaupun dia sendiri telah mengatakan bahwa itu salahnya juga
aku sangat benci dengan kebencian yang datang dari dan kepadaku karena kebencian yang telah kubuat.

Sabtu, 09 Maret 2013

sayangi aku, Semesta

aku semakin dewasa
aku semakin sering memikirkan tujuan hidupku
tapi sesering aku menikmatinya dengan hal sia-sia
ada tali mengikat pundakku, selalu berat untuk sekedar menengadah dagu agar lebih tegak
ada angin yang sedang berputar-putar mengelilingi kepalaku, dari kiri ke kanan, ingin menembus dindingnya dari dalam
ada kursi mengurungku, sulit untuk bergerak karna kaki-kakinya mengunci bagian tulang-tulang aktif, seperti terkikis air asam, rapuh dan tak lama menghilang kekuatannya
ada rantai di kakiku, ujungnya yang lain terpasang di bagian terali jendela kamarku
disitu aku menghela nafas seraya mengeluarkan asap yang tadinya kuhirup
disitu aku mengambil semangatku
tapi tidak bertahan lama, tidak selama yang dulu
saat aku masih bersih
saat aku bagai kertas tak bertinta
kini aku banyak coretan